Tukul
terlahir dengan nama Riyanto. Karena sering sakit-sakitan, akhirnya
orangtuanya, Abdul Wahid dan Sutimah, menambahkan nama Tukul.
Saat
berusia lima bulan, Tukul sering menangis dan baru bisa berhenti
menangis saat seorang tetangga, Suwandi, menggendong dan memberikannya
makan. Suwandi dan sang istri akhirnya jatuh cinta dengan Tukul dan
menjadikannya sebagai anak angkat.
"Dulu hidup saya susah sekali. Akhirnya saya diangkat sama orang," ungkap Tukul.
Kisah
kelam dialaminya saat duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu,
ia mengenyam pendidikan di sekolah swasta dengan biaya yang mahal karena
ia tak berhasil masuk sekolah negeri.
"Waktu kelas tiga SMA saya mau drop out
karena delapan bulan enggak bisa bayar SPP. Akhirnya saya balik ngenek
lagi. Lalu kepala sekolah ngomong sama teman saya, minta tolong cariin
saya untuk ujian. Akhirnya saya dikasih keringanan bayar SPP dan ujian.
Alhamdulillah dari 49 murid, 26 lulus termasuk saya," ceritanya.
Tak
ingin terus menerus menjadi kondektur (kenek) bus, Tukul mencoba
melamar pekerjaan. Namun, tak ada perusahaan yang mau menerimanya.
Padahal, perjuangan Tukul untuk melamar pekerjaan bukanlah hal mudah.
"Waktu
itu ijazah saya belum bisa diambil karena belum bayar sekolah. Kalau
mau lamar pekerjaan, saya pinjem ijazah di sekolah lalu saya fotokopi
dilegalisir lalu balikin lagi ke sekolah," ujarnya.****
(SIP)***
Profil Tukul Arwana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Kunjungannya, Silahkan Komentarnya ditunggu....